Jumat, 20 April 2012

askep bunuh diri


A.  Konsep Dasar

  1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu tingkah laku dimana seseorang cenderung melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri secara sadar maupun tidak sadar. Bunuh diri adalah tingkah laku pengrusakan diri secara terus-menerus. Tingkah laku ini dapat diklasifikasikan sebagai tingkah laku menyusahkan diri sendiri, tindakan mengisolasikan diri sampai tingkah laku mengancam kehidupan yang dapat menyebabkan kematian secara langsung.

  1. Klasifikasi bunuh diri
Secara umum dibedakan menjadi 2 kategori :
  1. perilaku merusak diri yang tidak langsung (ISDB) indirect self destruction behaviours. Yaitu tindakan yang merugikan keadaan fisik seseorang dan dapat menyebabkan kematian, berlangsung lama dan berulang-ulang misalnya: menolak pengobatan, ketagihan obat, alkohol dan lain-lain.
  2. perilaku merusak diri yang langsung (DSDB) direct self destruction behaviours. Yaitu tindakan yang langsung mengakhiri hidup sendiri atau bunuh diri misalnya: minum baygon, gantung diri, menembak diri dll.

 ISDB
  1. predisposisi
menolak mengikuti saran sehingga meningkatkan penyakit.
-          gangguan makan
-          gangguan psikosomatik
-          over sensitif, egois, suka menyimpan rahasia tidak mau mengunkapakn pendapat dan keras kepala.
  1. presipitasi
-          fisiologis: gangguan endokrin
-          psikologis: depresi, putus asa, dan HDR
-          sosio cultural: body image yang ideal à perilaku anoreksin

 DSDB
-          faktor percobaan bunuh diri antara lain: putus sekolah, kesulitan mengekspresikan kemarahan, hidup yang penuh dengan tekanan (stress).
-          Faktor pencetus antara lain
-          Depresi
-          Fantasi bunuh diri berhubungan dengan halusinasi
-          Sosial kultural
-          Faktor interpersonal: isolasi sosial à terasa sepi à bunuh diri untuk melepaskan diri dari rasa sepi.

  1. Penyebab bunuh diri
Dilihat dari segi tingkatan usia dapat dibagi menjadi 4:
  1. Penyebab bunuh diri pada anak:
-          Pelarian dari penganiayaan/ pemerkosaan
-          Situasi keluarga yang kacau
-          Perasaan tidak disayang/ dikritik
-          Gagal sekolah
-          Takut/ dihina disekolah
-          Kehilangan orang yang dicintai
  1. Penyebab bunuh diri pada remaja:
-          Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
-          Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
-          Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan
-          Perasaan tidak dimengerti oleh orang lain
-          Kehilangan orang yang dicintai
-          Keadaan fisik
-          Masalah dengan orang tua
-          Masalah seksual
-          Depresi
  1. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa:
-          Self ideal terlalu tinggi
-          Kompetensi untuk sukses
-          Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak
-          Kegagalan akademik
  1. Penyebab bunuh diri pada lansia:
-          Perubahan status dari mandiri menjadi bergantung pada orang lain
-          Penyakit yang menurunkan kemampuan
-          Perasaan tidak berarti
-          Kesepian dan isolasi sosial

  1. Gejala pasien yang akan bunuh diri
1.      mengalami suatu fase yang disebut “krisis bunuh diri” dimana pada fase ini ia merasa sedih, putus asa yang berlebihan, merasa sangat tidak bahagia, tidak optimis, tidak ada harapan masa depannya, mudah marah, gelisah dll.
2.      kehilangan kontrol yang diikuti dengan penarikan diri, apatis, immibilisasi, merasa tidak berguna, mengisolasi diri dengan membatasi hubungan dengan orang lain, merasa sangat kesepian, bersikap bermusuhan dan mudah marah
3.      menunjukkan tanda verbal maupun non verbal tentang rencana bunuh dirinya.

B.  Konsep Dasar Keperawatan

      I.    Pengkajian

hal utama yang perlu dikaji oleh tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari tingkah laku sucide:
Line Callout 2: score 

Tabel SIRS/ suicide intention rating scale
0
Tidak ada ide suicide yang lalu dan sekarang
1
Ada ide tetapi tidak ada percobaan suicide
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tetapi tidak ada percobaan suicide
3
Aktif mencoba suicide

Pengakajian perilaku
-          dimensi fisik: sakit kepala, kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, nyeri kronis dll
-          dimensi efek/ emosional: sedih, murung, putus asa, HDR, dll
-          dimensi intelektual: pikiran yang melambat, konsentrasi menurun, timbul ide/ pikiran tentang kematian/ keinginan untuk bunuh diri.
-          Dimensi sosial: menarik diri, kontak sosial yang minim
-          Dimensi spritual: merasa bersalah pada Tuhan, menyalahkan Tuhan

    II.    Diagnosa Keperawatan:

Resiko bunuh diri

   III.    Tindakan Keperawatan


1)      Tindakan keperawatan untuk pasien
a.       Tujuan: setelah tindakan keperawatan, pasien mampu:
-          Membina hubungan saling percaya
-          Menyadari penyebab bunuh diri
-          Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien-perawat, klien-perawat-klien, klien-perawat-keluarga.
b.      Tindakan
1.      bina hubungan saling percaya
-          tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah:
o   mengucapkan salam terapeutik setiap kali berinteraksi dengan pasien.
o   Berkenalan dengan pasien: perkenalan nama dan nama panggilan yang saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
o   Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
o   Buat kontrak asuhan: apa yang saudara lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.
o   Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
o   Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap pasien

2.      membantu pasien mengenal penyebab resiko bunuh diri. Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut:
o   menanyakan pendapat pasien tentang perasaan atau pikiran dan tingkah laku pasien yang mengancam kehidupannya.
o   Menanyakan apa yang menyebabkan pasien berniat bunuh diri
o   Membantu pasien meningkatkan harga diri
3.      membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
o   beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan saudara
o   mulailah bantuan pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat, keluarga)
o   bila pasien sudah menunjukkan kemajuan tingkatkan jumlah pasien interaksi dengan dua, tiga, empat dst
o   beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.

  IV.    Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga

  1. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien resiko bunuh diri
  2. Tindakan: melatih keluarga merawat pasien resiko bunuh diri. Tahapan masalah keluarga agar mampu merawat pasien resiko bunuh diri dirumah meliputi:
a.       Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b.      Menjelaskan tentang:
-          Masalah sosial dan dampaknya pada pasien
-          Penyebab resiko bunuh diri
c.       Cara-cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri antara lain:
-          Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji
-          Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersamap-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar
-          Tidak membiarkan pasien sendiri dirumah
-          Membuat rencana dan jadwal bercekap-cakap dengan klien
-          Memperagakan cara merawat klien dengan resiko bunuh diri
-          Membantu keluarga untuk mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan masalah yang dihadapi
-          Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga

      I.    Pengkajian

       I.      Identitas klien
Nama
:
Ny A
Tempat/ tgl lahir
:
Abuki
Umur
:
28 thn
Alamat
:
Kel.  Abuki  kec. Abuki
Status perkawinan
:
Belum kawin
Agama
:
Islam
Suku
:
Tolaki
Pendidikan
:
SD
Pekerjaan
:
-
Sumber informasi
:
Klien, status klien, dan perawat ruangan, keluarga
Tgl masuk RS
:
10 Juli 2007
Tgl pengkajian
:
18 Juli 2007
No regsiter
:
02.08.140

    II.    Alasan Masuk Rumah Sakit

-          Klien masuk dengan keluhan kehilangan nafsu makan, gelisah dan susah tidur
-          Keluhan saat mengkaji klien lebih  banyak berdiam diri, didalam ruangan selalu menyendiri, malas bergaul dengan teman-temannya yang lain, dan klie malas bercakap-cakap dengan orang lain

   III.    Faktor Predisposisi

1.      Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
2.      Klien belum pernah mengalami pengobatan sebelumnya
3.      -    klien pernah ditolak atau diputuskan oleh teman dekatnya
-          Klien pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap aib
-          Respon pasca trauma
Menarik diri: resiko bunuh diri
4.      Didalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan: tidak ada
5.      Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
-          Pernah dijelek-jelekkan oleh orang lain disekitar rumanya
-          Karena keadaan fisiknya
-          Klien ditolak ortu karena dianggap aib
Masalah keperawatan: resiko bunuh diri

  IV.    Pemeriksaan Fisik

1.      tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N: 88 x/m
P: 20 x/m
S: 37 C
2.      ukur
TB: 150
BB: 45 kg
3.      keluhan fisik
klien mengatakan ada keluhan fisik seperti luka dan gatal-gatal pada kepala dan telinga.
Masalah keperawatan: nyeri, defisit perawatan diri: kebersihan diri

   V.    Psikososial


1.      Genogram
           
Klien mengatakan diantara keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, seperti dirinya dan mengatakan keluarga meninggal tidak diketahui penyebabnya.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
2.      Konsep diri
a.       Gambaran diri: klien mengatakan mensyukuri yang ada pada dirinya, karena semua itu adalah karunia dari allah swt
b.      Identitas: klien mengatakan bahwa dirinya seorang wanita yang belum menikah, anak ke-4 dari 6 bersaudara
c.       Perasaan: klien mengatakan tidak pernah merasa senang dan bahagia karena keluarganya selalu mengucilkannya dan tidak pernah dibantu jika mengalami kesusahan
d.      Ideal diri: klien mengatakan tidak mau pulang ke rumah karena merasa tidak diterima dikeluarganya lagi
e.       Harga diri: klien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena selalu dihina dan merasa malu
Masalah keperawatan: harga diri rendah
3.      Hubungan sosial
a.       Orang berarti: kedua orang tuanya, tetapi sejak mengalami trauma akibat kejadian yang menimpa dirinya, klien merasa orang tuanya menjauh dan tidak mempedulikan  keadaanya.
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat karena malas bergaul dengan orang banyak
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena orang lain sering menjelek-jelekkan.
Masalah keperawatan: isolasi sosial
4.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan: klien mengatakan percaya adanya tuhan.
b.      Kegiatan ibadah: klien tidak pernah melaksanakan shalat 5 waktu dan jarang berdoa tetapi klien mejalankan ibadah puasa.
Masalah keperawatan: tidak ada

  VI.    Status Mental

1.      Penampilan: penampilan klien tidak rapi, pakaian klien nampak kotor, kusam dan berbau, klien jarang mengganti pakaian.
Masalah keperawatan: defisit perawatan diri: berpakaian/ berhias
2.      Pembicaraan: dalam pembicaraan klien berbicara lambat, kadang-kadang berhenti sejenak kemudian melanjutkan pembicaraan, klien tidak mampu memulai pembicaran.
Masalah keperawatan: isolasi sosial
Aktivitas motorik: klien nampak tegang, gelisah, malas beraktivitas dan lebih banyak berdiam diri dalam ruangan
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas, kurang motivasi/ minat.
2.      Alam perasaan: klien terlihat sedik karena keluarganya sudah lama tidak menjenguknya
Masalah keperawatan: tidak ada
3.      Efek: tumpul, dimana klien hanya berespon jika ada stimulus yang kuat
Masalah keperawatan: koping individu tidak efektif
4.      Interaksi saat wawancara: saat berkomunikasi/ wawancara dengan perawat klien lebih banyak menunduk dan kontak mata kurang
Masalah keperawatan: isolasi sosial
5.      Perspesi: klien mengatakan tidak ada masalah dengan pendengaran, pengecapan, penglihatan, penciuman, maupun perabaan
Masalah keperawatan: tidak ada
6.      Proses pikir: proses pikir abnormal; sirkuntasial à dimana pembicaraan klien yang berbelit-belit sampai pada tujuan pembicaraan
Masalah keperawatan: gangguan proses pikir
7.      Isi pikir: klien dapat mengeluarkan segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan dapat mengungkapkan masalahnya yang akan dia keluarkan
Masalah keperawatan: tidak ada
8.      Tingkat kesadaran: klien tampak bingung saat dikaji, tampak menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
9.      Memori: klien mengatakan masih ingat dengan kejadian yang dialaminya sebelum masuk di RSJ dan masih ingat dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama di RSJ
Masalah keperawatan: tidak ada
10.  Tingkat konsetrasi dan berhitung: klien mampu berkonsentrasi di saat wawancara dengan perawat dan tidak mudah beralih pada objek lain dan ketika ditanya oleh perawat 2+8 klien menjawab 10, jadi klien mampu berhitung
Masalah keperawatan: tidak ada
11.  Kemampuan penilaian: klien mampu menentukan pilihan antara makan siang atau mandi dulu, klien menjawab madi dulu sebelum makan
Masalah keperawatan: tidak ada
12.  Daya tilik diri: klien merasa dirinya mengalami gangguan jiwa dan dia mengatakan kalau ia di bawa di RSJ karena ia akan mendapat pengobatan untuk penyakitnya.
Masalah keperawatan: tidak ada

 VII.    Kebutuhan Persiapan Pulang

1.      Makan
-          Frekuensi makan: 2 kali sehari
-          Jenis makanan: nasi, lauk pauk, sayur sesuai menu rs
-          Nafsu makan: klien mengatakan menghabiskan porsi makan yang diberikan
-          Klien dapat makan sendiri
-          Klien makan menggunakan sendok
-          Klien mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan
-          Klien menyendiri saat makan
2.      BAK/BAB
-          Klien mangatakan jika BAB/BAK di WC
-          Klien mengatakan tidak membutuhkan bantuan
3.      Mandi
-          Klien mengatakan jarang mandi sore
-          Klien mengatakan jarang menggosok gigi
-          Klien mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan shampo
4.      Berpakaian
-          Klien mengatakan tidak memerlukan bantuan karena klien dapat menggunakan pakaian sendiri tanpa bantuan perawat/ petugas
5.      Istirahat dan tidur
-          Tidur siang: klien mengatakan tidur siang tidak menentu, kadang-kadang jam 12.00 atau 14.00 siang
-          Tidur malam: klien mengatakan tidur malamnya tidak menentu kadang-kadang jam 22.00 atau jam 24.00 malam
-          Kegiatan sebelum dan sesudah tidur: klien mengatakan tidak ada kegiatan sebelum dan sesudah tidur
6.      Penggunaan obat: klien minum obat dengan pengawasan petugas dengan frekuensi 3 x 1
7.      Pemeliharaan kesehatan: klien mengatakan bahwa ia percaya kepada perawat untuk menolongnya dan bila sembuh ia akan tetap melanjutkan pengobatannya di RSJ
8.      Kegiatan dalam rumah
-          Klien dapat menyiapkan makanan sendiri
-          Klien dapat membersihkan rumah sendiri: menyapu dan mengepel
-          Klien dapat mencuci pakaian sendiri
9.      Kegiatan di luar rumah
-          Klien belum dapat melakukan kegiatan diluar rumah
Masalah keperawatan: isolasi sosial

VIII.    Mekanisme Koping

1.      Adaftif: klien mau berbicara dengan orang lain jika ada stimulus atau rangsangan
2.      Mal adaftif: dirumah klien mengatakan bila punya masalah klien tidak menceritakan masalah yang dialaminya karena keluarganya tidak pernah menghiraukan dia. Klien banyak menyendiri, lebih banyak duduk, dan diam diatas tempat tidur, klien merasa tidak ada harapan hidup
masalah keperawatan: resiko bunuh diri

  IX.    Masalah Psikososial Dan Lingkungan

1.      Masalah dengan dukungan kelompok spesifik: klien mengatakan bahwa ia dijauhi oleh teman-temannya serta malas bergaul karena malu dengan penyakitnya, karena ia dianggap gangguan jiwa
2.      Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik: klien mengatakan malas berinteraksi dan bergaul dengan orang lain, dan klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat
3.      Masalah dengan pendidikan: klien mengatakan ia hanya tamatan sd dan tidak mampu melanjutkan pendidikannya karena masalah ekonomi yang tidak mencukupi
4.      Masalah dengan perumahan spesifik: klien mengatakan tinggal serumah dengan orang tuanya dan anggota keluarganya yang lain, tetapi tidak pernah merasakan rasa kasih sayang dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain.
5.      Masalah ekonomi: klien mengatakan bahwa kebutuhan ekonominya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan biaya perawatannya ditanggung oleh pemerintah (gakin)
6.      Masalah dengan dengan pelayanan kesehatan spesifik: tidaka ada

   X.    Pengetahuan Kurang Tentang

1.      Penyakit jiwa
2.      Faktor predisposisi
3.      Koping
4.      Sistem pendukung
masalah keperawatan: defisit pengetahuan




Klasifikasi Data
Data subjektif
-          Klien mengatakan luka dan gatal-gatal pada kepala dan telinga
-          Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena malu dengan penyakitnya
-          Klien mengatakan tidak ada harapan untuk hidup lagi
-          Klien selalu mengatakan akan kematian dirinya
-          Klien merasa tidak berguna lagi
-          Klien mengatakan pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap tidak berguna/ aib
-          Klien mengatakan pernah ditolak oleh teman-temannya
-          Klien mengatakan pernah dihina oleh orang lain disekitar rumahnya
-          Klien mengatakan jarang mandi
-          Klien mengatakan jarang menggosok gigi
-          Klien mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan sampho
-          Klien mengatakan jarang beraktivitas dalam kegiatan dimasyarakat
-          Klien kadang menunjukkan secara verbal tentang rencana bunuh diri

Data objektif
-          Klien nampak sedih karena sudah lama tidak dijenguk keluarganya
-          Kontak mata kurang
-          Klien lebih banyak berdiam diri
-          Selalu menyendiri
-          Klien nampak kurang beraktivitas
-          Nampak ada luka pada kepala dan telinga
-          Klien menunduk saat berinteraksi
-          Klien hanya berbicara jika ditanya
-          Klien sering menggaruk kepalanya
-          Klien nampak kusam dan berbau
-          Dikepala klien banyak ketombe
-          Klien tampak bingung
-          Klien jarang mengganti pakaian
-          Klien nampak gelisah
-          Klien nampak putus asa

  XI.    Analisa Data

No
Data
Masalah
1.
DS:
-          klien mengatakan tidak ada harapan hidup lagi
-          klien merasa tidak berguna lagi
-          klien selalu mengatakan tentang kematian dirinya
-          klien kadang menunjukkan secara verbal tentang rencana bunuh diri
Resiko bunuh diri

DO:
-          klien tampak gelisah
-          klien tampak sedih
-          kontak mata kurang
-          klien nampak putus asa

2.
DS:
-          klien mengatakan jarang mandi
-          klien mengatakan jarang menggosok gigi
-          klien mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan shampo
Defisit perawatan diri

DO:
-          klien tampak kusam dan berbau
-          klien sering menggaruk kepalanya
-          pakaian klien tampak kotor
-          klien jarang mengganti pakaian

3.
DS:
-          klien mengatakan pernah ditolak oleh teman-temannya
-          klien mengatakan pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap tidak berguna/ aib
-          klien mengatakan pernah dihina oleh orang lain disekitar rumahnya
Harga diri rendah

DO:
-          klien menunduk saat berinteraksi
-          klien lebih banyak berdiam diri
-          selalu menyendiri
-          klien hanya berbicara jika ditanya


Pohon masalah


 XII.    Aspek Medik: Tidak Ada

XIII.    Daftar Masalah Keperawatan

1.      Resiko bunuh diri
2.      Isolasi sosial
3.      Gangguan konsep diri : hdr
4.      Gangguan proses pikir
5.      Defisit perawatan diri
6.      Defisit pengetahuan



XIV.    Daftar Diagnosa Keperawatan

1.      Resiko bunuh diri
2.      Defisit perawatan diri: kebersihan diri
3.      Gangguan konsep diri: hdr