A. Konsep Dasar
- Pengertian
Bunuh diri adalah suatu
tingkah laku dimana seseorang cenderung melakukan tindakan yang membahayakan
dirinya sendiri secara sadar maupun tidak sadar. Bunuh diri adalah tingkah laku
pengrusakan diri secara terus-menerus. Tingkah laku ini dapat diklasifikasikan
sebagai tingkah laku menyusahkan diri sendiri, tindakan mengisolasikan diri
sampai tingkah laku mengancam kehidupan yang dapat menyebabkan kematian secara
langsung.
- Klasifikasi bunuh diri
Secara umum dibedakan menjadi 2 kategori :
- perilaku merusak diri yang tidak langsung (ISDB) indirect self destruction behaviours. Yaitu tindakan yang merugikan keadaan fisik seseorang dan dapat menyebabkan kematian, berlangsung lama dan berulang-ulang misalnya: menolak pengobatan, ketagihan obat, alkohol dan lain-lain.
- perilaku merusak diri yang langsung (DSDB) direct self destruction behaviours. Yaitu tindakan yang langsung mengakhiri hidup sendiri atau bunuh diri misalnya: minum baygon, gantung diri, menembak diri dll.
ISDB
- predisposisi
menolak mengikuti saran
sehingga meningkatkan penyakit.
-
gangguan
makan
-
gangguan
psikosomatik
-
over
sensitif, egois, suka menyimpan rahasia tidak mau mengunkapakn pendapat dan
keras kepala.
- presipitasi
-
fisiologis:
gangguan endokrin
-
psikologis:
depresi, putus asa, dan HDR
-
sosio cultural: body image yang ideal à perilaku anoreksin
DSDB
-
faktor
percobaan bunuh diri antara lain: putus sekolah, kesulitan mengekspresikan
kemarahan, hidup yang penuh dengan tekanan (stress).
-
Faktor
pencetus antara lain
-
Depresi
-
Fantasi
bunuh diri berhubungan dengan halusinasi
-
Sosial
kultural
-
Faktor
interpersonal: isolasi sosial à terasa sepi à bunuh diri untuk melepaskan diri dari rasa sepi.
- Penyebab bunuh diri
Dilihat dari segi tingkatan
usia dapat dibagi menjadi 4:
- Penyebab
bunuh diri pada anak:
-
Pelarian
dari penganiayaan/ pemerkosaan
-
Situasi
keluarga yang kacau
-
Perasaan
tidak disayang/ dikritik
-
Gagal
sekolah
-
Takut/
dihina disekolah
-
Kehilangan
orang yang dicintai
- Penyebab
bunuh diri pada remaja:
-
Hubungan
interpersonal yang tidak bermakna
-
Sulit
mempertahankan hubungan interpersonal
-
Pelarian
dari penganiayaan dan pemerkosaan
-
Perasaan
tidak dimengerti oleh orang lain
-
Kehilangan
orang yang dicintai
-
Keadaan
fisik
-
Masalah
dengan orang tua
-
Masalah
seksual
-
Depresi
- Penyebab
bunuh diri pada mahasiswa:
-
Self
ideal terlalu tinggi
-
Kompetensi
untuk sukses
-
Cemas
akan tugas akademik yang terlalu banyak
-
Kegagalan
akademik
- Penyebab
bunuh diri pada lansia:
-
Perubahan
status dari mandiri menjadi bergantung pada orang lain
-
Penyakit
yang menurunkan kemampuan
-
Perasaan
tidak berarti
-
Kesepian
dan isolasi sosial
- Gejala pasien yang akan bunuh diri
1. mengalami suatu fase yang disebut “krisis
bunuh diri” dimana pada fase ini ia merasa sedih, putus asa yang berlebihan,
merasa sangat tidak bahagia, tidak optimis, tidak ada harapan masa depannya,
mudah marah, gelisah dll.
2. kehilangan kontrol yang diikuti dengan
penarikan diri, apatis, immibilisasi, merasa tidak berguna, mengisolasi diri
dengan membatasi hubungan dengan orang lain, merasa sangat kesepian, bersikap
bermusuhan dan mudah marah
3. menunjukkan tanda verbal maupun non verbal
tentang rencana bunuh dirinya.
B. Konsep Dasar Keperawatan
I. Pengkajian
hal utama yang perlu dikaji
oleh tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari tingkah laku
sucide:

Tabel SIRS/
suicide intention rating scale
0
|
Tidak ada ide suicide yang lalu dan sekarang
|
1
|
Ada ide tetapi tidak ada percobaan suicide
|
2
|
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tetapi tidak
ada percobaan suicide
|
3
|
Aktif mencoba suicide
|
Pengakajian perilaku
-
dimensi
fisik: sakit kepala, kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, nyeri kronis dll
-
dimensi
efek/ emosional: sedih, murung, putus asa, HDR, dll
-
dimensi
intelektual: pikiran yang melambat, konsentrasi menurun, timbul ide/ pikiran
tentang kematian/ keinginan untuk bunuh diri.
-
Dimensi
sosial: menarik diri, kontak sosial yang minim
-
Dimensi
spritual: merasa bersalah pada Tuhan, menyalahkan Tuhan
II. Diagnosa Keperawatan:
Resiko
bunuh diri
III. Tindakan Keperawatan
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan,
pasien mampu:
-
Membina
hubungan saling percaya
-
Menyadari
penyebab bunuh diri
-
Melakukan
hubungan sosial secara bertahap, klien-perawat, klien-perawat-klien,
klien-perawat-keluarga.
b. Tindakan
1. bina hubungan saling percaya
-
tindakan
yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah:
o
mengucapkan
salam terapeutik setiap kali berinteraksi dengan pasien.
o
Berkenalan
dengan pasien: perkenalan nama dan nama panggilan yang saudara sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
o
Menanyakan
perasaan dan keluhan pasien saat ini
o
Buat
kontrak asuhan: apa yang saudara lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya dimana.
o
Jelaskan
bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
terapi
o
Setiap
saat tunjukan sikap empati terhadap pasien
2. membantu pasien mengenal penyebab resiko
bunuh diri. Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai
berikut:
o
menanyakan
pendapat pasien tentang perasaan atau pikiran dan tingkah laku pasien yang
mengancam kehidupannya.
o
Menanyakan
apa yang menyebabkan pasien berniat bunuh diri
o
Membantu
pasien meningkatkan harga diri
3. membantu pasien untuk berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
o
beri
kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan saudara
o
mulailah
bantuan pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat, keluarga)
o
bila
pasien sudah menunjukkan kemajuan tingkatkan jumlah pasien interaksi dengan
dua, tiga, empat dst
o
beri
pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
IV. Tindakan Keperawatan
Untuk Keluarga
- Tujuan:
setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien resiko bunuh
diri
- Tindakan:
melatih keluarga merawat pasien resiko bunuh diri. Tahapan masalah
keluarga agar mampu merawat pasien resiko bunuh diri dirumah meliputi:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan tentang:
-
Masalah
sosial dan dampaknya pada pasien
-
Penyebab
resiko bunuh diri
c. Cara-cara merawat pasien dengan resiko
bunuh diri antara lain:
-
Membina
hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak
ingkar janji
-
Memberikan
semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersamap-sama
dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan
pujian yang wajar
-
Tidak
membiarkan pasien sendiri dirumah
-
Membuat
rencana dan jadwal bercekap-cakap dengan klien
-
Memperagakan
cara merawat klien dengan resiko bunuh diri
-
Membantu
keluarga untuk mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan
masalah yang dihadapi
-
Menyusun
perencanaan pulang bersama keluarga
I. Pengkajian
I.
Identitas
klien
Nama
|
:
|
Ny A
|
Tempat/ tgl lahir
|
:
|
Abuki
|
Umur
|
:
|
28 thn
|
Alamat
|
:
|
Kel.
Abuki kec. Abuki
|
Status perkawinan
|
:
|
Belum kawin
|
Agama
|
:
|
Islam
|
Suku
|
:
|
Tolaki
|
Pendidikan
|
:
|
SD
|
Pekerjaan
|
:
|
-
|
Sumber informasi
|
:
|
Klien, status klien, dan perawat ruangan,
keluarga
|
Tgl masuk RS
|
:
|
10 Juli 2007
|
Tgl pengkajian
|
:
|
18 Juli 2007
|
No regsiter
|
:
|
02.08.140
|
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
-
Klien
masuk dengan keluhan kehilangan nafsu makan, gelisah dan susah tidur
-
Keluhan
saat mengkaji klien lebih banyak berdiam
diri, didalam ruangan selalu menyendiri, malas bergaul dengan teman-temannya
yang lain, dan klie malas bercakap-cakap dengan orang lain
III. Faktor Predisposisi
1. Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa
2. Klien belum pernah mengalami pengobatan
sebelumnya
3. -
klien pernah ditolak atau diputuskan oleh teman dekatnya
-
Klien
pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap aib
-
Respon
pasca trauma
Menarik diri: resiko bunuh
diri
4. Didalam anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan: tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan:
-
Pernah
dijelek-jelekkan oleh orang lain disekitar rumanya
-
Karena
keadaan fisiknya
-
Klien
ditolak ortu karena dianggap aib
Masalah keperawatan:
resiko bunuh diri
IV. Pemeriksaan Fisik
1. tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N: 88 x/m
P: 20 x/m
S: 37 C
2. ukur
TB: 150
BB: 45 kg
3. keluhan fisik
klien mengatakan ada keluhan
fisik seperti luka dan gatal-gatal pada kepala dan telinga.
Masalah keperawatan:
nyeri, defisit perawatan diri: kebersihan diri
V. Psikososial
1. Genogram

Klien mengatakan diantara
keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, seperti dirinya dan mengatakan
keluarga meninggal tidak diketahui penyebabnya.
Masalah keperawatan:
tidak ada masalah
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: klien mengatakan mensyukuri
yang ada pada dirinya, karena semua itu adalah karunia dari allah swt
b. Identitas: klien mengatakan bahwa dirinya
seorang wanita yang belum menikah, anak ke-4 dari 6 bersaudara
c. Perasaan: klien mengatakan tidak pernah
merasa senang dan bahagia karena keluarganya selalu mengucilkannya dan tidak
pernah dibantu jika mengalami kesusahan
d. Ideal diri: klien mengatakan tidak mau
pulang ke rumah karena merasa tidak diterima dikeluarganya lagi
e. Harga diri: klien mengatakan tidak mau
bergaul dengan teman-temannya karena selalu dihina dan merasa malu
Masalah keperawatan:
harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang berarti: kedua orang tuanya, tetapi
sejak mengalami trauma akibat kejadian yang menimpa dirinya, klien merasa orang
tuanya menjauh dan tidak mempedulikan
keadaanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/
masyarakat: klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat karena
malas bergaul dengan orang banyak
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain: klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena orang lain sering
menjelek-jelekkan.
Masalah keperawatan:
isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan
percaya adanya tuhan.
b. Kegiatan ibadah: klien tidak pernah
melaksanakan shalat 5 waktu dan jarang berdoa tetapi klien mejalankan ibadah
puasa.
Masalah keperawatan:
tidak ada
VI. Status Mental
1. Penampilan: penampilan klien tidak rapi,
pakaian klien nampak kotor, kusam dan berbau, klien jarang mengganti pakaian.
Masalah keperawatan:
defisit perawatan diri: berpakaian/ berhias
2. Pembicaraan: dalam pembicaraan klien
berbicara lambat, kadang-kadang berhenti sejenak kemudian melanjutkan
pembicaraan, klien tidak mampu memulai pembicaran.
Masalah keperawatan:
isolasi sosial
Aktivitas motorik: klien
nampak tegang, gelisah, malas beraktivitas dan lebih banyak berdiam diri dalam
ruangan
Masalah keperawatan:
intoleransi aktivitas, kurang motivasi/ minat.
2. Alam perasaan: klien terlihat sedik karena
keluarganya sudah lama tidak menjenguknya
Masalah keperawatan:
tidak ada
3. Efek: tumpul, dimana klien hanya berespon
jika ada stimulus yang kuat
Masalah keperawatan:
koping individu tidak efektif
4. Interaksi saat wawancara: saat
berkomunikasi/ wawancara dengan perawat klien lebih banyak menunduk dan kontak
mata kurang
Masalah keperawatan:
isolasi sosial
5. Perspesi: klien mengatakan tidak ada masalah
dengan pendengaran, pengecapan, penglihatan, penciuman, maupun perabaan
Masalah keperawatan:
tidak ada
6. Proses pikir: proses pikir abnormal;
sirkuntasial à dimana pembicaraan klien yang berbelit-belit
sampai pada tujuan pembicaraan
Masalah keperawatan: gangguan
proses pikir
7.
Isi pikir: klien dapat mengeluarkan segala sesuatu yang
ada dalam pikirannya dan dapat mengungkapkan masalahnya yang akan dia keluarkan
Masalah keperawatan:
tidak ada
8. Tingkat kesadaran: klien tampak bingung
saat dikaji, tampak menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
9. Memori: klien mengatakan masih ingat
dengan kejadian yang dialaminya sebelum masuk di RSJ dan masih ingat dengan
kejadian-kejadian yang terjadi selama di RSJ
Masalah keperawatan:
tidak ada
10. Tingkat konsetrasi dan berhitung: klien
mampu berkonsentrasi di saat wawancara dengan perawat dan tidak mudah beralih
pada objek lain dan ketika ditanya oleh perawat 2+8 klien menjawab 10, jadi
klien mampu berhitung
Masalah keperawatan:
tidak ada
11. Kemampuan penilaian: klien mampu
menentukan pilihan antara makan siang atau mandi dulu, klien menjawab madi dulu
sebelum makan
Masalah keperawatan:
tidak ada
12. Daya tilik diri: klien merasa dirinya
mengalami gangguan jiwa dan dia mengatakan kalau ia di bawa di RSJ karena ia
akan mendapat pengobatan untuk penyakitnya.
Masalah keperawatan:
tidak ada
VII.
Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
-
Frekuensi
makan: 2 kali sehari
-
Jenis
makanan: nasi, lauk pauk, sayur sesuai menu rs
-
Nafsu
makan: klien mengatakan menghabiskan porsi makan yang diberikan
-
Klien
dapat makan sendiri
-
Klien
makan menggunakan sendok
-
Klien
mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan
-
Klien
menyendiri saat makan
2. BAK/BAB
-
Klien
mangatakan jika BAB/BAK di WC
-
Klien
mengatakan tidak membutuhkan bantuan
3. Mandi
-
Klien
mengatakan jarang mandi sore
-
Klien
mengatakan jarang menggosok gigi
-
Klien
mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan shampo
4. Berpakaian
-
Klien
mengatakan tidak memerlukan bantuan karena klien dapat menggunakan pakaian
sendiri tanpa bantuan perawat/ petugas
5. Istirahat dan tidur
-
Tidur
siang: klien mengatakan tidur siang tidak menentu, kadang-kadang jam 12.00 atau
14.00 siang
-
Tidur
malam: klien mengatakan tidur malamnya tidak menentu kadang-kadang jam 22.00
atau jam 24.00 malam
-
Kegiatan
sebelum dan sesudah tidur: klien mengatakan tidak ada kegiatan sebelum dan
sesudah tidur
6. Penggunaan obat: klien minum obat dengan
pengawasan petugas dengan frekuensi 3 x 1
7. Pemeliharaan kesehatan: klien mengatakan
bahwa ia percaya kepada perawat untuk menolongnya dan bila sembuh ia akan tetap
melanjutkan pengobatannya di RSJ
8. Kegiatan dalam rumah
-
Klien
dapat menyiapkan makanan sendiri
-
Klien
dapat membersihkan rumah sendiri: menyapu dan mengepel
-
Klien
dapat mencuci pakaian sendiri
9. Kegiatan di luar rumah
-
Klien
belum dapat melakukan kegiatan diluar rumah
Masalah keperawatan:
isolasi sosial
VIII.
Mekanisme Koping
1. Adaftif: klien mau berbicara dengan orang
lain jika ada stimulus atau rangsangan
2. Mal adaftif: dirumah klien mengatakan bila
punya masalah klien tidak menceritakan masalah yang dialaminya karena
keluarganya tidak pernah menghiraukan dia. Klien banyak menyendiri, lebih
banyak duduk, dan diam diatas tempat tidur, klien merasa tidak ada harapan
hidup
masalah keperawatan:
resiko bunuh diri
IX. Masalah Psikososial Dan
Lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok spesifik:
klien mengatakan bahwa ia dijauhi oleh teman-temannya serta malas bergaul
karena malu dengan penyakitnya, karena ia dianggap gangguan jiwa
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
spesifik: klien mengatakan malas berinteraksi dan bergaul dengan orang lain,
dan klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat
3. Masalah dengan pendidikan: klien
mengatakan ia hanya tamatan sd dan tidak mampu melanjutkan pendidikannya karena
masalah ekonomi yang tidak mencukupi
4. Masalah dengan perumahan spesifik: klien
mengatakan tinggal serumah dengan orang tuanya dan anggota keluarganya yang
lain, tetapi tidak pernah merasakan rasa kasih sayang dari kedua orang tuanya
dan anggota keluarga yang lain.
5. Masalah ekonomi: klien mengatakan bahwa
kebutuhan ekonominya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan biaya
perawatannya ditanggung oleh pemerintah (gakin)
6. Masalah dengan dengan pelayanan kesehatan
spesifik: tidaka ada
X. Pengetahuan Kurang
Tentang
1. Penyakit jiwa
2. Faktor predisposisi
3. Koping
4. Sistem pendukung
masalah keperawatan:
defisit pengetahuan
Klasifikasi Data
Data subjektif
-
Klien
mengatakan luka dan gatal-gatal pada kepala dan telinga
-
Klien
mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena malu dengan penyakitnya
-
Klien
mengatakan tidak ada harapan untuk hidup lagi
-
Klien
selalu mengatakan akan kematian dirinya
-
Klien
merasa tidak berguna lagi
-
Klien
mengatakan pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap tidak berguna/ aib
-
Klien
mengatakan pernah ditolak oleh teman-temannya
-
Klien
mengatakan pernah dihina oleh orang lain disekitar rumahnya
-
Klien
mengatakan jarang mandi
-
Klien
mengatakan jarang menggosok gigi
-
Klien
mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan sampho
-
Klien
mengatakan jarang beraktivitas dalam kegiatan dimasyarakat
-
Klien
kadang menunjukkan secara verbal tentang rencana bunuh diri
Data objektif
-
Klien
nampak sedih karena sudah lama tidak dijenguk keluarganya
-
Kontak
mata kurang
-
Klien
lebih banyak berdiam diri
-
Selalu
menyendiri
-
Klien
nampak kurang beraktivitas
-
Nampak
ada luka pada kepala dan telinga
-
Klien
menunduk saat berinteraksi
-
Klien
hanya berbicara jika ditanya
-
Klien
sering menggaruk kepalanya
-
Klien
nampak kusam dan berbau
-
Dikepala
klien banyak ketombe
-
Klien
tampak bingung
-
Klien
jarang mengganti pakaian
-
Klien
nampak gelisah
-
Klien
nampak putus asa
XI. Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah
|
|
1.
|
DS:
|
-
klien
mengatakan tidak ada harapan hidup lagi
-
klien
merasa tidak berguna lagi
-
klien
selalu mengatakan tentang kematian dirinya
-
klien
kadang menunjukkan secara verbal tentang rencana bunuh diri
|
Resiko bunuh diri
|
|
DO:
|
-
klien
tampak gelisah
-
klien
tampak sedih
-
kontak
mata kurang
-
klien
nampak putus asa
|
|
2.
|
DS:
|
-
klien
mengatakan jarang mandi
-
klien
mengatakan jarang menggosok gigi
-
klien
mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan shampo
|
Defisit perawatan diri
|
|
DO:
|
-
klien
tampak kusam dan berbau
-
klien
sering menggaruk kepalanya
-
pakaian
klien tampak kotor
-
klien
jarang mengganti pakaian
|
|
3.
|
DS:
|
-
klien
mengatakan pernah ditolak oleh teman-temannya
-
klien
mengatakan pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap tidak berguna/ aib
-
klien
mengatakan pernah dihina oleh orang lain disekitar rumahnya
|
Harga diri rendah
|
|
DO:
|
-
klien
menunduk saat berinteraksi
-
klien
lebih banyak berdiam diri
-
selalu
menyendiri
-
klien
hanya berbicara jika ditanya
|
|
Pohon masalah

XII.
Aspek Medik: Tidak Ada
XIII.
Daftar Masalah Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Isolasi sosial
3. Gangguan konsep diri : hdr
4. Gangguan proses pikir
5. Defisit perawatan diri
6. Defisit pengetahuan
XIV.
Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Defisit perawatan diri: kebersihan diri
3. Gangguan konsep diri: hdr